Sejarah Indah
Pembebasan Palestina oleh Khalifah Umar bin Khattab
Bag .2
Bag .2
Betapa diperhitungkannya kekuatan militer Islam di
zaman kekhilafahan. Tengok saja di masa kepemimpinan Amirul Mukminin Umar bin
Khattab. Yerusalem – yang saat ini Israel mencaploknya dari Palestina – begitu
mudahnya ditaklukkan tanpa ada perlawanan. Uskup gereja di sana saat itu
menyerahkan “kunci kota” kepada umat Islam dengan keyakinan tinggi bahwa
penaklukkan Islam di Yerusalem sebagai kehendak Tuhan yang mengakhiri kekuasaan
kaum Byzantium.
Tapi, penaklukan kota tua ini diawali dengan
perjalanan perang jihad yang panjang. Khalifah Umar memerintahkan Amr Ibn Al
Ash dan Syarhabil Ibn Hasanah untuk menguasai Yerusalem. Kejadian ini terjadi
pada tahun 635 M. Amr dan Syarhabil akan menuju
Yerusalem dengan membawa pasukan. Tapi, itu bukan jalan mudah. Pasalnya,
mereka mesti menaklukkan terlebih dahulu beberapa daerah untuk bisa masuk ke
Yerusalem.
Pasukan pun melangkah lewat area pegunungan subur dan
penuh pepohonan di Golan (Jaulan). Di sini, pasukan muslim akan melewati
Galileia yang ada di utara Palestina. Sama seperti Golan, wilayah ini juga
sangat subur. Kaum Yahudi dan Nasrani memiliki memori sejarah penting di kota
ini. Dan, peperangan kecil terjadi. Pasukan yang dipimpin Amr dan Syarhabil
berhasil memenangkan pertempuran dengan pasukan Byzantium yang kala itu
berkuasa. Kota-kota sepanjang Galileia mampu ditaklukkan pasukan muslim, dan
penduduknya diberikan jaminan keamanan dan kepemilikan.
Rupaya strategi Umar untuk menaklukkan Yerusalem
sangat cerdas. Kota ini bakal dikuasai dengan jalan pengepungan. Di lain sisi
Palestina, Yazid Ibn Abi Sufyan dan Muawiyah ternyata juga diutus untuk
membantu menaklukkan Yerusalem. Muawiyah membawa pasukan untuk menaklukkan
wilayah utara Palestina lainnya. Akhirnya Beirut, Tripoli, Sidon, Byblos, dan
Latakia berhasil dikuasai. Sementara itu, Yazid menaklukkan daerah di Palestina
sebelah selatan. Daerah yang berhasil dikuasai Yazid dan pasukan muslim adalah
Sidon, Tyre, Acre, hingga Haifa. Usai menaklukkan Haifa, Yazid dan pasukannya
bergabung dengan Amr. Dua kekuatan militer ini lantas berjalan menuju
Yerusalem.
Pangeran Konstantin II, penguasa wilayah Caesarea yang
ada barat Palestina, merasa gelisah dengan pergerakan pasukan Islam ke
Yerusalem. Dari kota bandar yang ada di pesisir Levantina ini, Pangeran
Konstantin II meminta bantuan pasukan Byzantium dari Siprus dan Konstantinopel.
Padahal, kala itu, pertahanan Caesaria cukup kuat sebagai daerah kekuasaan
Byzantium. Lalu, terbentuklah pasukan Byzantium di bawah komando Artavon yang
harus menghadang pasukan Islam yang harus melewati daerah Caesarea untuk bisa
sampai ke Yerusalem.
Tak ayal lagi, pasukan Amr dan Yazid bertemu pasukan
Artavon dari Caesarea. Perang hebat pun terjadi di daerah Ajnadin. Atas izin
Allah, pasukan Islam menang. Artavon lalu melarikan diri ke Yerusalem. Dari
kemenangan inilah rencana penaklukan Yerusalem jadi semakin mudah. Khalifah
Umar segera memerintahkan penambahan pasukan untuk mendukung Amr. Pasukan yang
dipimpin Ubaidah, Khalid, dan Mu’awiyah diminta untuk membantu setelah
sebelumnya menaklukkan Suriah dan pesisir Levantina. Dan, pasukan Islam pun
mengepung sepanjang kota selama musim dingin.
Rasa gentar dihadapi oleh Artavon dan Patriarch
Sophronius. Patriarch adalah uskup agung gereja Yerusalem. Mereka beradu mulut.
Artavon tidak ingin bila Yerusalem diserahkan pada pasukan Islam. Di lain sisi,
Patriarch menginginkan Yerusalem diserahkan pada pasukan Islan dengan damai.
Dia yakin kedatangan pasukan Islam sebagai bentuk kehendak Tuhan. Perdebatan
itu disaksikan oleh orang-orang di dalam gereja yang letaknya dalam benteng.
Dan, orang-orang ini menyetujui ide Patriarch.
Lantas dikirimlah utusan gereja menemui pasukan Islam.
Utusan ini menyampaikan bahwa Yerusalem akan diserahkan dengan beberapa syarat.
Yaitu, penyerahan kota tidak dilakukan dengan jalan peperangan, pasukan
Byzantium dibiarkan untuk menuju Mesir, dan Khalifah Umar diminta datang ke
Yerusalem untuk serah-terima “kunci kota”.
Abu Ubaidah yang menerima utusan gereja itu menyanggupi permintaan yang
ada.
Setelah kabar gembira ini disampaikan ke Umar, beliau
pun segera menuju Yerusalem. Masyarakat kota ini bahkan menyiapkan arakan untuk
menyambut Umar yang bagi mereka cukup disanjung sikap adilnya. Tapi, arakan ini
mendadak hilang. Pasalnya, orang-orang di Yerusalem hanya melihat dua orang dan
seekor unta. Salah satunya naik ke punggung unta. Sungguh, tidak tampak seperti
kedatangan penguasa di zaman sekarang ini yang penuh dengan penyambutan mewah.
Penduduk kota menyangka Umarlah yang naik di punggung
unta. Justru sebaliknya, yang di punggung unta adalah pengawal Umar. Ternyata
mereka bergantian naik unta selama dalam perjalanan. Umar tidak egois
membiarkan pengawalnya kelelahan. Kejadian ini menambah kagum penduduk
Yerusalem terhadap pemimpin barunya.. Apalagi, Umar hanya memakai pakaian
lusuh, bekal makanan seadanya, dan satu tikar untuk sholat.
Sesampainya di kota, Umar disambut Uskup Patriarch.
Umar diajak ke beberapa tempat suci di kota. Uskup membukakan Gereja Makam Suci
kala waktu dhuhur tiba. Maksudnya, Umar dipersilakan shlat dulu di gereja itu.
Namun, hal tersebut ditolak Umar.
“Jika saya melaksanakan shalat di gereja ini, saya
khawatir para pengikut saya yang tidak mengerti dan orang-orang yang datang ke
sini dimasa yang akan datang akan mengambil alih bangunan ini kemudian
mengubahnya menjadi masjid, hanya karena saya pernah shalat di dalamnya. Mereka
akan menghancurkan tempat ibadah kalian. Untuk menghindari kesulitan ini dan
supaya Gereja kalian tetap sebagaimana adanya, maka saya shalat diluar,” ucap
Umar yang tetap menghormati pemeluk agama lain dalam wilayah perlindungan
Islam.
Ketika Umar meminta diantar ke bekas Kuil Sulaiman,
dia mendapati reruntuhan itu tidak terawat. Ada banyak kotoran dan timbunan
sampah. Umar dan shahabat lainnya membersihkan tempat itu dan menjadikannya
tempat shalat. Ke depannya, di tempat ini berdiri sebuah masjid atas perintah
Umar. Masjid itu dinamai dengan Masjid Umar.
Baca juga KISAH KHALIFAH UMAR bag.1 meluncur DISINI Gan
No comments :
Post a Comment